Pertemuanantara orang tua dan guru di sekolah adalah faktor yang penting untuk mengetahui seberapa besar tingkat perkembangan anaknya di sekolah. Pertemuan orang tua dan guru dilakukan pada sekolah pada jenjang PAUD sampai SMA, yang biasanya diadakan 1 semester sekali. Artikel ini akan lebih membahas pertemuan orang tua dengan guru pada jenjang PAUD. Di sekolah akan selalu terjadi interaksi dan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang muncul antara guru ke siswa atau sebaliknya.
29views, 6 likes, 0 loves, 1 comments, 0 shares, Facebook Watch Videos from TribunFlores.com: Persiapan pertemuan orang tua d Murid dan Guru SMPK Frateran Ndao, Ende. Di Aula SMPK Frateran Ndao
Pertemuankali ini sendiri masih berlangsung secara online selain dari belum diperkenankannya mengadakan pertemuan yang. Liu berhasil menemukan orang tua melalui tes dna. Seputar Pendidikan Kerja Sama Antara Guru dan Orang Tua Log into facebook to start sharing and connecting with your friends, family, and people you know. Persatuan orang tua murid dan guru. "saya
1Mengadakan pertemuan pada hari penerimaan siswa baru dan sekaligus membuat komitmen. 2)Mengadakan surat menyurat antara orang tua dan guru. 3)Adanya daftar nilai rapor 4)Kunjungan guru ke rumah siswa atau sebaliknya. 5)Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil kerja siswa. 6)Mendirikan perkumpulan antara orang tua dan guru.
Halsel- FbinewsMalut - Net. Kepala sekolah menengah pertama (SMPN) 6 Kabupaten Halmahera Selatan MARDIANA LARUNANI, SPd di dampingi wakasek dan ketua komite bersama dewan guru melaksanakan rapat bersama dengan para orang tua wali murid jumat tanggal 7 Januari 2022 di Aullah Pertemuan.
raport 2) Kerjasama guru dan orang tua dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas VII DI UPT SMP Negeri 18 Selayar antara lain : mengadakan rapat atau pertemuan dengan orang tua siswa pada saat awal-awal semester atau pada saat ajaran baru, pembagian raport dan ketika ada anak yang bermasalah. 3) Faktor
Pertemuanyang dilaksanakan pada pukul 13.30 WIB ini membahas terkait dengan pengenalan diri untuk menjadi seorang pemenang. Pertemuan kedua Diklat gratis 40 JP yang diisi oleh narasumber spesial, Ir. Shahnaz Haque tentunya sangat menarik dan patut untuk diulas.
OAPZ1. Agar orang tua dan guru saling mengenal merupakan? salah satu bentuk hubungan antara masyarakat dengan sekolah tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah cara mendekatkan kebutuhan masyarakat dengan sekolah teknik dalam melakukan hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat Semua jawaban benar Jawaban yang benar adalah B. tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah. Dilansir dari Ensiklopedia, agar orang tua dan guru saling mengenal merupakan tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah. [irp] Pembahasan dan Penjelasan Menurut saya jawaban A. salah satu bentuk hubungan antara masyarakat dengan sekolah adalah jawaban yang kurang tepat, karena sudah terlihat jelas antara pertanyaan dan jawaban tidak nyambung sama sekali. Menurut saya jawaban B. tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah adalah jawaban yang paling benar, bisa dibuktikan dari buku bacaan dan informasi yang ada di google. [irp] Menurut saya jawaban C. cara mendekatkan kebutuhan masyarakat dengan sekolah adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut lebih tepat kalau dipakai untuk pertanyaan lain. Menurut saya jawaban D. teknik dalam melakukan hubungan kerjasama sekolah dengan masyarakat adalah jawaban salah, karena jawaban tersebut sudah melenceng dari apa yang ditanyakan. [irp] Menurut saya jawaban E. Semua jawaban benar adalah jawaban salah, karena setelah saya coba cari di google, jawaban ini lebih cocok untuk pertanyaan lain. Kesimpulan Dari penjelasan dan pembahasan serta pilihan diatas, saya bisa menyimpulkan bahwa jawaban yang paling benar adalah B. tujuan dilaksanakannya kegiatan pertemuan antara orang tua murid/ masyarakat dengan pihak sekolah. [irp] Jika anda masih punya pertanyaan lain atau ingin menanyakan sesuatu bisa tulis di kolom kometar dibawah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orangtua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orangtua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 513 Syntax Idea p–ISSN 2684-6853 e-ISSN 2684-883X Vol. 3, No. 3, Maret 2021 KERJASAMA GURU DAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK KARAKTER DISIPLIN SISWA SMAN 1 LEMBAH GUMANTI Elfina, Firman dan Rusdinal Universitas Negeri Padang Sumatera Barat, Indonesia Email vinachamelisa firman dan rusdinal Abstract The purpose of this study is to describe how schools should shape the characteristics of social care in students of SMAN 1 Lembah Gumanti. This research is motivated by a lack of understanding of the importance of subjects in students and parents, so a cooperative relationship between parents and teachers is needed to shape student subjects. Types of research used with data collection techniques in descriptive and qualitative form such as observations, interviews, and library studies. This study describes and shows the fact that teachers have worked hard to work with parents, among others fostering good relationships between parents and teachers, providing direction and learning about character education, including parents in this character education program, then also giving birth to a mutual agreement between teachers and parents about the limitations of the use of gadgets and social media for students. Coordinate teacher visits to students' homes to further monitor the policies that have been made. With the active role of both parties between teachers and parents is expected to realize the program of character building of the students Keywords character education; discipline; teachers; parents Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan bagaimana seharusnya sekolah membentuk karakteristik peduli sosial pada siswa SMAN 1 Lembah Gumanti. Penelitian ini dilatar belakangi oleh kurangnya pemahaman tentang pentingnya mata pelajaran dalam diri siswa dan orang tua, sehingga diperlukan hubungan kerjasama antara orang tua dan guru untuk membentuk mata pelajaran siswa. Jenis penelitian yang digunakan dengan teknik pengumpulan data dalam bentuk deskriptif dan kualitatif seperti observasi, wawancara, dan studi pustaka. Penelitian ini mendeskripsikan serta menunjukkan fakta bahwasanya guru telah bekerja keras untuk bekerjasama dengan orang tua, antara lain membina hubungan yang baik antara orang tua dan guru, memberikan arahan dan pembelajaran mengenai pendidikan karakter, mengikutsertakan orang tua murid dalam program pendidikan karakter ini, kemudian juga melahirkan kesepakatan bersama antara guru dengan orang tua mengenai batasan penggunaan gawai serta media sosial bagi anak murid. Mengkordinasikan adanya kunjungan guru ke rumah para murid untuk semakin memantau kebijakan yang sudah dibuat. Dengan peran aktif kedua belah pihak antara guru dan orang tua diharapkan mampu mewujudkan program pembentukan karakter para siswa. Elfina, Firman dan Rusdinal 514 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 Kata kunci pendidikan karakter; disiplin; guru; orang tua Coresponden Author Email vinachamelisa Artikel dengan akses terbuka dibawah lisensi Pendahuluan Pendidikan sebagai sebuah kegiatan dan proses aktivitas yang disengaja merupakan gejala masyarakat ketika sudah mulai disadari pentingnya upaya untuk membentuk, mengarahkan, dan mengatur manusia sebagaimana dicita-citakan masyarakat Heri, 2012. Pentingnya pendidikan melalui pendidikan orang akan mendapatkan ilmu. Orang yang memiliki ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan manusia, dengan pendidikan manusia akan berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya yang menempati alam semesta ini. Oleh sebab itu tanpa proses pendidikan, manusia tidak akan menjadi manusia. Sebagaimana disebutkan di atas, tanpa upaya manusia, pendidikan tidak akan terjadi dengan sendirinya. Oleh karena itu, manusia harus dididik dan bisa menjadi makhluk yang terdidik Sepriyanti, 2006. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan dan terencana untuk mencapai tujuan pendidikan dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan agar dapat membentuk karakter yang baik bagi generasi penerus bangsa. Adanya dorongan akan pembentukan karakter bagi setiap manusia sebagai cikal bakal yang baik untuk menjalankan kehidupan sosial dalam masyarakat Haryati, 2017. Arti dari sebuah kata karakter sebagaimana yang diungkapkan oleh Hidayatullah & Rohmadi, 2010 bahwa karakter merupakan ciri khas yang dimiliki oleh setiap individu, sedangkan menurut Heri, 2012 karakter merupakan keadaan asli yang ada dalam diri individu seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain. Hal terpenting dan sangat berpengaruh pada generasi muda adalah pendidikan karakter. Peran orang tua, pendidikan, serta institusi agama punya peran dan tanggung jawab mengenai pembentukan karakter Kirschenbaum, 1995. Menurut Khan, 2010 pendidikan karakter adalah upaya dan cara berpikir serta berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja bersama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara serta membantu mereka untuk membuat keputusan yang dapat dipertanggung jawabkan. Sebagaimana yang telah diungkapkan oleh Kebudayaan, 2013 pendidikan karakter diartikan sebagai pendidikan yang membina dan mencirikan bangsa di kalangan peserta didik, sehingga memiliki nilai dan karakter sebagai karakternya sendiri, dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupannya, sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang beragama dan nasionalis, dan berbuah dan Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 515 kreativitas. Berdasarkan penjelaan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan usaha sadar untuk merubah dan mengembangkan perilaku seseorang kearah yang lebih baik agar mampu berbaur dengan masyarakat dan lingkungannya. Mengingat banyaknya kejadian yang mengindikasikan krisis moral pada anak, remaja, dan lanjut usia, maka pendidikan karakter perlu diperkuat saat ini. Oleh karena itu, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan masyarakat perlu dilakukan penguatan pendidikan karakter sejak dini. Disiplin merupakan salah satu ciri nilai yang harus dikembangkan. Nilai-nilai karakter subjek ini sangat penting bagi manusia, maka akan muncul nilai-nilai karakter baik lainnya. Berdasarkan hal tersebut, pentingnya penguatan nilai disiplin, kini banyak terdapat perilaku abnormal yang melanggar norma disiplin. Contoh lain dari perilaku tidak disiplin adalah membuang sampah sembarangan, parkir di lokasi yang telah ditentukan, ketidakpatuhan terhadap izin mendirikan bangunan, dan lain sebagainya. Akibat perilaku ilegal tersebut menunjukkan tidak adanya kesadaran masyarakat untuk melanggar perilaku disipliner yang ditetapkan oleh pemerintah Luthfi, 2018. Perilaku tidak disiplin sering juga ditemui di lngkungan sekolah. Salah satu contoh yang menunjukkan kurangnya kedisiplinan siswa yaitu di SMAN 1 Lembah Gumanti banyaknya siswa yang membolos. Datang ke sekolah tidak tepat waktu, tidak mengenakan seragam lengkap yang diatur dalam kode etik sekolah, membuang sampah sembarangan, dan tidak mengumpulkan pekerjaan rumah tepat waktu. Oleh karena itu, perhatian orang tua dan masyarakat sekitar sekolah juga sangat dibutuhkan Wengki Andika Putra, 2018 Menurut Agus Wibowo, 2012 menjelaskan bahwa untuk membentuk karakter peserta didik perlu dilaksanakan tiga rencana, yaitu 1 budaya sekolah yang berkualitas yang meliputi kualitas input, kualitas akademik dan kualitas non akademik; 2 Budaya pesantren, fokusnya pada pembinaan budi pekerti, keterbukaan, kepedulian, persatuan dan kerjasama; 3 Budaya disiplin, yang menitikberatkan pada pembinaan budi pekerti, khususnya keyakinan beragama. Pendidikan karakter merupakan bagian penting dari pengembangan kepribadian. Nilai karakter disiplin mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter baik lainnya, seperti rasa tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dll. Curvin, R. L., & Mindler, 1999 meyakini bahwa disiplin memiliki tiga aspek, yaitu 1 disiplin untuk mencegah masalah; 2 disiplin menyelesaikan masalah, agar masalah tidak bertambah parah; 3 disiplin mengatasi siswa yang tidak terkendali. Diperoleh berdasarkan berbagai penjelasan dari pertanyaan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji upaya guru dalam menjalin kerjasama dengan orang tua siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti sekolah untuk membentuk karakter kedisiplinan siswa. Penelitian yang relevan dengan penelitian penulis diantaranya Wuryandani, Maftuh, & Budimansyah, 2014, “Pendidikan Karakter Disiplin Di Sekolah Dasar” Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dalam melaksanakan pendidikan karakter Elfina, Firman dan Rusdinal 516 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 disiplin di SD Muhammadiyah Sapen dilakukan melalui sembilan kebijakan, yaitu 1 membuat program pendidikan karakter; 2 menetapkan aturan sekolah dan aturan kelas; 3 melakukan sholat Dhuha dan Sholat Dhuhur berjamaah; 4 membuat pos afektif di setiap kelas; 5 memantau perilaku kedisiplinan siswa di rumah melalui buku catatan kegiatan harian; 6 memberikan pesan-pesan afektif di berbagai sudut sekolah; 7 melibatkan orang tua; 8 melibatkan komite sekolah; dan 9 menciptakan iklim kelas yang kondusif. Menurut ST, 2015, “Peranan Guru IPS Dalam Membentuk Karakter Peserta Didik” hasil dari penelitian menyatakan peran guru IPS sebagai pendidik diwujudkan dengan mengarahkan bakat dan kemampuan peserta didik, bertanggung jawab dan mewujudkan kewibawaan. Guru IPS sebagai pengajar diwujudkan dengan merencanakan serta melaksanakan pembelajaran. Guru IPS sebagai teladan diwujudkan dalam keteladanan penampilan, pergaulan, dan kepedulian terhadap lingkungan. Guru IPS sebagai pelatih diwujudkan dengan membangun kesadaran peserta didik, melakukan karakter yang diajarkan bersama guru dan peserta didik. Metode Penelitian Sesuai dengan fokus penelitian yang penulis ambil yaitu tentang kerjasama antara guru dan orang tua dalam membentuk karakter disiplin siswa di SMAN 1 Lembah Gumanti. Maka Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif, karena penelitian ini dilakukan pada objek yang alamiah dan data yang dihasilkan adalah data deskriptif, dengan menggunakan metode deskriptif kualitaif. Penelitian ini, Penulis melakukan teknik pengumpulan data berdasarkan pendapat dari Arikunto, 2006 pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, studi dokumentasi. Sedangkan teknik analisis data menggunakan pendapat dari Sasmito & Nawangsari, 2019 yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan dengan menggunakan uji keabsahan data berupa Triangulasi. Hasil dan Pembahasan 1. Upaya Guru a. Mengadakan pertemuan antara orang tua dan guru Pertemuan ini diadakan sebagai bentuk komunikasi antara orang tua dan pendidik sekolah untuk membahas perkembangan anak di sekolah dan menyusun rencana guru di sekolah. Pertemuan tersebut di langsungkan setiap hari sabtu minggu ke-4 dalam sekali 3 bulan. pertemuan tersebut juga dibentuk panitia pertemuan yang beranggotakan orang tua siswa sendiri. b. Mensosialisasikan pendidikan karakter Sosialisasi ini dilakukan untuk mengembangkan pendidikan kepribadian yang dirancang oleh guru, seperti keinginan bersama untuk mengadakan pertemuan dan rencana untuk meningkatkan pengetahuan. c. Libatkan orang tua dalam program pendidikan karakter Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 517 Kontribusi orang tua dalam membentuk karakter siswa bisa dilakukan dengan mengawasi anak belajar di rumah dengan meningkatkan jam belajar, mematikan TV disaat belajar, mengawasi anak di dalam bermain dan bergaul. Selain itu juga mengontrol kegiatan dan perkembangan siswa di rumah. 2. Faktor Pendukung a. Keterlibatan orang tua Partisipasi orang tua dalam meningkatkan upaya guru antara lain mengawasi kegiatan siswa di rumah, meluangkan waktu mengikuti pertemuan yang diadakan oleh sekolah dan guru, serta menepati janji dan rencana yang dibentuk bersama guru dalam pertemuan tersebut. b. ketersediaan sarana dan prasarana sekolah Daftar nilai wajib disediakan oleh seorang pendidik. Guru menyampaikan hasil nilai ulangan siswa setiap semester. Menurut pendapat Purwanto, 2013, komunikasi harus dijaga terutama dalam hal diperlukan untuk meningkatkan pendidikan anak. 3. Faktor Penghambat Faktor-faktor ini termasuk pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan karakter, terjadinya miskomunikasi antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan. Hal ini sesuai dengan pandangan Lickona, 2013 menyatakan bahwa tentunya sebagian wali murid masih cuek atau kurang mendukung upaya sekolah untuk memberikan pendidikan berharga. Dalam hal pengembangan pembelajaran dan pengembangan karakter, banyak orang tua yang lebih memperhatikan pekerjaan daripada perkembangan anaknya. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa berbagai upaya telah dilakukan guru untuk mendorong kerja sama antara orang tua dalam membentuk kepribadian peserta didik, antara lain membentuk Paguyuban orang tua-guru untuk menggalakkan pendidikan karakter dan melibatkan orang tua dalam pendidikan karakter tersebut. Perjanjian disipliner dengan orang tua untuk membatasi penggunaan gawai dan media sosial pada siswa, memanfaatkan sarana dan prasarana yang telah disediakan oleh sekolah, menyediakan pusat dukungan wali murid dan siswa, dan melakukan kunjungan ke rumah orang tua. Selain itu, banyak faktor yang mebantu upaya guru, antara lain peran serta orang tua dalam mendukung upaya guru untuk mendorong kerja sama, dan sekolah dapat memanfaatkan guru untuk meningkatkan sarana dan prasarana kerjasama dengan orang tua. Faktor yang menghambat upaya guru antara lain pemahaman orang tua yang tidak memadai tentang pendidikan siswa dan perkembangan mata pelajaran, komunikasi yang kurang antara orang tua dan guru, dan kurangnya waktu bagi beberapa orang tua untuk menghadiri pertemuan. Elfina, Firman dan Rusdinal 518 Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 BIBLIOGRAFI Agus Wibowo. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa Berperadaban. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Surat Pendekatan Praktis, Jakarta Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung Harakatuna Publishing. Curvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum Development. Haryati, Sri. 2017. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http//Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. Pdf. Heri, Gunawan. 2012. Pendidikan karakter konsep dan implementasi. Bandung Alfabeta, 7–31. Hidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa. Yuma Pustaka. Kebudayaan, Kementerian Pendidikan Dan. 2013. Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta Kemesdikbud. Khan, Yahya. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta Pelangi Publishing. Kirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. ERIC. Lickona, Thomas. 2013. Character Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues Terjemahan. Jakarta PT Bumi Aksara. Luthfi, Khabib. 2018. Masyarakat Indonesia dan Tanggung Jawab Moralitas. Guepedia. Purwanto, Ngalim. 2013. Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta. Sasmito, Cahyo, & Nawangsari, Ertien Rining. 2019. Implementasi Program Keluarga Harapan Dalam Upaya Mengentaskan Kemiskinan di Kota Batu. JPSI Journal of Public Sector Innovations, 32, 68–74. Sepriyanti, Nana. 2006. Artikel Nana Sepriyanti. Padang IAIN IB Press. St, Dian Handayani. 2015. Peranan Guru Ips Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di Smp It Ar Raihan Bandar Lampung. Universitas Lampung. Kerjasama Guru dan Orang Tua dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa SMAN 1 Lembah Gumanti Syntax Idea, Vol. 3, No. 3, Maret 2021 519 Wengki Andika Putra, Putra. 2018. Hubungan Disiplin Belajar terhadap Hasil Belajar Sejarah Pada Siswa Kelas X SMA N 1 Pantai Cermin, Kabupaten Solok. STKIP PGRI Sumatera Barat. Wuryandani, Wuri, Maftuh, Bunyamin, & Budimansyah, Dasim. 2014. Pendidikan Karakter Disiplin di Sekolah Dasar. Jurnal Cakrawala Pendidikan, 332. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Agus WibowoPenulis Agus Wibowo Penerbit Pustaka Pelajar, Yogyakarta Cetakan I, Januari 2012 Tebal Buku xii, 172 hlm PENDIDIKAN karakter, saat ini dan mungkin untuk beberapa tahun ke depan sedang ngetrend dan booming. Itu tidak lepas dari gencarnya sosialisasi yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai upaya memperbaiki karakter generasi muda pada khususnya dan bangsa ini pada umumnya. Sebagaimana kita ketahui, karakter bangsa ini tengah terdegradasi. Seperti ditandai dengan tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, antarkampung, dan sebagainya. Praktek plagiasi atas hak cipta, perjokian seleksi masuk perguruan tinggi negeri SMPTN, perjokian ujian nasional Unas, dan praktek korupsi yang kental mewarnai kehidupan kenegaraan kita. Semua itu hanya sekian dari contoh "amburadulnya" moralitas dan karakter bangsa kita saat ini. Pendidikan karakter hadir sebagai solusi problem moralitas dan karakter itu. Meskipun bukan sebagai sesuatu yang baru, pendidikan karakter cukup menjadi semacam gereget bagi dunia pendidikan pada khususnya untuk membenahi moralitas generasi muda. Pendidikan karakter–mungkin-bukan sesuatu yang baru, karena sebelumnya sudah ada pendidikan budi pekerti, Pendidikan Kewarganegaraan PKn, pendidikan agama, dan sebagainya. Hanya saja, pendidikan karakter ini memiliki kelebihan karena merangkum tiga aspek kecerdasan peserta didik, yaitu kecerdasan afektif, kognitif, dan psikomotorik. Belum berhasilnya—untuk tidak menyebut gagal—implementasi pendidikan agama, PKn dan sejenisnya, menurut penulis buku ini, disebabkan dua hal pokok, yaitu Pertama, kurang terampilnya para guru menyelipkan pendidikan karakter dalam proses pembelajaran. Kedua, sekolah terlalu fokus mengejar target-target akademik—khususnya target lulus ujian nasional UN. Karena sekolah masih fokus pada aspek-aspek kognitif atau akademik, baik secara nasional maupun lokal di satuan pendidikan. Maka, aspek soft skils atau nonakademik sebagai unsur utama pendidikan karakter justru diabaikan. Bangsa kita sepertinya saat ini kehilangan kearifan lokal yang menjadi karakter budaya bangsa sejak berabad-abad lalu. Seperti maraknya kasus tawuran antarpelajar, antarmahasiswa, dan antarkampung. Tindak korupsi di semua lini kehidupan dan institusi. Kebohongan publik yang telah menjadi bahasa sehari-hari. Tidak ada kepastian hukum, karena pada prakteknya hukum kita bisa diperjualbelikan. Parahnya lagi, bangsa ini miskin figur yang bisa jadi contoh konkret, serta diteladani oleh masyarakat. Maka tidak heran jika pembentukan dan pembinaan karakter bangsa menuju masyarakat yang bermoral, berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi semangat nasionalisme laksana kapal tanpa pedoman di tengah luasnya samudera. Membaca fakta-fakta krisis moralitas sebagaimana diuraikan, kalau kita sadar, bangsa ini sedang berada di sisi urang kehancuran; tinggal sedikit lagi masuk tercebur dalam jurang kehancuran. Hal itu sebagaimana pendapat Thomas Lickona, seorang pendidik karakter dari Cortland University. Menurut dia, sebuah bangsa sedang menuju jurang kehancuran, jika memiliki sepuluh tanda-tanda, seperti; 1 meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, 2 membudayanya ketidakjujuran, 3 sikap fanatik terhadap kelompok/peer group, 4 rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, 5 semakin kaburnya moral baik dan buruk, 6 penggunaan bahasa yang memburuk, 7 meningkatnya perilaku merusak diri seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas, 8 rendahnya rasa tanggung jawab sebagai individu dan sebagai warga negara, 9 menurunnya etos kerja, dan 10 adanya rasa saling curiga dan kurangnya kepedulian diantara sesama. Kita semua tentu tidak ingin bangsa ini hancur. Alangkah sedinya para Bapak Bangsa dan para pejuang bangsa, yang sudah susah payah merebut kemerdekaan dengan tetesan keringat, darah dan air mata melihat hasil perjuangannya tak tersisa akibat kehancuran. Pertanyaan yang muncul kemudian, apa yang salah dengan bangsa ini. Sehingga sebagian besar generasi muda dan generasi tua telah tergadaikan karakternya. Moralitas, budi dan susila, telah absen dari kehidupan mereka, hingga yang tersisa tidak sedikit pun. Bagaimana cara mengatasi krisis moralitas dan tergadainya karakter sebagian generasi muda itu? Dapat dikatakan krisis moralitas dan karakter utama bangsa ini, sudah sedemikian akut. Maka, solusi terbaik untuk memperbaiki karakter bangsa ini adalah dengan mengoptimalkan pendidikan karakter. Penerapan pendidikan karakter, sebaiknya melalui proses berkelanjutan, tidak berakhir selama bangsa ini ada dan ingin tetap eksis. Pendidikan karakter uga hrus menjadi bagian terpadu dari pendidikan alih generasi, sehingga ketika terjadi pergantian kepemimpinan—baik presiden atau menteri pendidikan—pendidikan karakter ini jangan sampai dihilangkan, meskipun demi alasan politis sekalipun. Dalam semangat merevitalisasi dan mengarusutamakan pendidikan karakter itulah buku ini muncul. Di dalamnya dibahas hal ikhwal pendidikan karakter, yang antara lain meliputi urgensi, pengertian, sejarah, hingga desain dan implementasi pendidikan karakter di berbagai tingkat pendidikan. Dibahas juga bagaimana pendidikan karakter tersebut dilakukan di lingkungan paling intim bagi setiap peserta didik, yakni keluarga. Buku ini layak dibaca oleh para mahasiswa, dosen dan sivitas akademika lain yang bergelut di bidang ilmu pendidikan. Demikian pula para pengambil kebijakan dan praktisi pendidikan guru dan tenaga pendidikanm dapat menarik informasi dan inspirasi penting dari buku SasmitoErtien Rining NawangsariThis research was conducted from February to April 2018 with qualitative descriptive methods. The data sources consist of primary data sources and secondary data sources, primary data sources obtained from observations, and interviews. Interview with informants purposive sampling based on the interview guides as instruments, and the researchers as research instruments. While secondary data is obtained from documentation. Data analysis used the Miles and Huberman models of Sugiyono, 2017 whose activities include data reduction, data display and conclution drawing / verification. The results of this study, the implementation of the Keluarga Harapan Program PKH effort to alleviate poverty in the Social Service Office of Batu City has been going well. Communication is established well with PKH Facilitators, and PKH Participants. The Social Service involves the Facilitators in meetings coordination, as provisions for improving professionals seminars and matrices in to help the Facilitators to assist PKH Participants in providing counseling to tell the terms and conditions that must be fulfilled by the Participants. The Government's Social Service of Batu City has exercised its authority both from aspects communication, resources, disposition, and bureaucratic structure with PKH Assistants in the implementation to alleviate the PKH Participants' poverty. Therefore the implementation is being well because of the determined terms and conditions in education terms permanent school participants and in the health terms long term health insurance, so that social assistance through PKH cash can be received by the Participants through the BNI account of each PKM Participant. Furthermore, the PKH Assistants help the Participants to counseling provide to PKH Participants in skills possessed develop by the each Participant. Therefore, for the long term PKH implementation in poverty alleviation efforts will be able to be realized by the Government's Social Service of Batu Penelitian Surat Pendekatan PraktisSuharsimi ArikuntoArikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Surat Pendekatan Praktis, Jakarta Rineka Cipta, 1991. Assisi, Abbas. Biografi Dakwah Hasan Al-Banna. Bandung Harakatuna With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum DevelopmentR L CurvinA N MindlerCurvin, R. L., & Mindler, A. N. 1999. Discipline With Dignity. USA Association For Supervision And Curriculum Karakter dalam KurikulumSri HaryatiHaryati, Sri. 2017. Pendidikan Karakter dalam Kurikulum 2013. Lihat Http//Lib. Untidar. Ac. Id/Wp-Content/Uploads/2017/01/Pendidikan-Karakter-Dalam-Kurikulum. karakter membangun peradaban bangsaM HidayatullahFurqonMuhammad RohmadiHidayatullah, M. Furqon, & Rohmadi, Muhammad. 2010. Pendidikan karakter membangun peradaban bangsa. Yuma karakter berbasis potensi diriYahya KhanKhan, Yahya. 2010. Pendidikan karakter berbasis potensi diri. Yogyakarta Pelangi Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth SettingsHoward KirschenbaumKirschenbaum, Howard. 1995. 100 Ways To Enhance Values and Morality in Schools and Youth Settings. Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues TerjemahanThomas LickonaLickona, Thomas. 2013. Character Matters How to Help Our Children Develop Good Judgment, Integrity, and Other Essentia lVirtues Terjemahan. Jakarta PT Bumi Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka CiptaNgalim PurwantoPurwanto, Ngalim. 2013. Teori Kepemimpinan dan Aplikasinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Salah satu tugas orangtua adalah memastikan anak mendapat pendidikan yang baik. Itulah sebabnya, orangtua perlu meluangkan waktu untuk mencari dan memilih sekolah yang tepat bagi perkembangan anak, terutama di awal masa sekolahnya seperti PAUD hingga sekolah dasar. Pasalnya, anak akan menghabiskan sebagian masa kecil dan masa transisinya sebagai remaja di sekolah dasar. Tentunya, orangtua ingin agar anak mendapatkan pengalaman dan pendidikan terbaik di masa itu. Namun tugas orangtua tidak selesai begitu saja ketika anak masuk sekolah. Orangtua perlu terus memantau pendidikan anak serta mengetahui bagaimana sekolah dapat memfasilitasi kebutuhan siswa selama kegiatan belajar mengajar. Untuk itu, orangtua perlu menjalin komunikasi yang baik dengan sekolah. Salah satu caranya adalah dengan menghadiri pertemuan orangtua yang rutin diadakan sekolah. Beberapa manfaat menghadiri pertemuan orang tua murid di sekolah antara lain 1. Menjalin komunikasi yang baik antara guru, murid, dan orangtua Guru seringkali disebut sebagai orangtuanya para murid ketika di sekolah. Tentunya sebagai perwakilan orangtua, guru perlu mengenal anak-anaknya dengan baik. Melalui pertemuan guru dan orangtua murid, guru dapat menyampaikan progres pendidikan anak selama di kelas, bertukar informasi mengenai potensi dan kesulitan yang dialami anak sehingga lebih mudah bagi orangtua dan anak untuk menemukan solusinya. 2. Memudahkan memantau perkembangan akademik anak Lewat pertemuan orangtua murid dan guru, guru dapat menyampaikan perkembangan akademik anak dengan lebih rinci. Selain menilai dari keaktifan di kelas, guru juga dapat memberikan pengamatan tersendiri dari nilai tugas dan ujian anak. Dari hasil penilaian tersebut, orangtua dan guru dapat membicarakan bagaimana rencana selanjutnya mengenai perkembangan pendidikan anak. Apakah anak perlu mendapat les tambahan, bagaimana orangtua mengarahkan minat anak, dan lain-lain. 3. Mengenal kebijakan sekolah dengan lebih baik Semua kegiatan anak di sekolah tidak lepas dari aturan-aturan dan kebijakan sekolah. Aturan-aturan tersebut bukan untuk mengekang anak, namun untuk membentuk anak menjadi pribadi yang disiplin dan teratur. Dengan mengenali aturan-aturan yang diterapkan sekolah, orangtua dapat menyelaraskan cara mendidik anak saat di rumah. 4. Saling mengenal sesama orangtua murid Selain membuat orangtua murid dan guru saling mengenal, pertemuan wali murid juga menjadi ajang perkenalan dengan sesama orangtua murid. Dengan menjalin hubungan baik antara sesama wali murid, akan memudahkan para orangtua murid untuk berkoordinasi keperluan sekolah dan saling mendukung perkembangan anak. Sesama orangtua murid dapat berbagi tips dalam mengasuh anak, berbagi informasi mengenai kegiatan menarik yang dapat diikuti anak di luar sekolahan, dan berbagi informasi menarik lainnya yang mungkin tidak diberikan di sekolah. 5. Memberi masukan untuk perkembangan pembangunan sekolah Pada beberapa sekolah, terutama sekolah swasta, peran orangtua dalam pembangunan sekolah baik secara fisik maupun nonfisik umumnya lebih besar dibanding di sekolah negeri. Melalui pertemuan orangtua murid dan guru, para orangtua dapat menyampaikan berbagai keluh kesah dan masukan yang dirasa penting bagi pembangunan sekolah ke depannya. Baca Juga Menciptakan Hubungan yang Baik Antara Orangtua dengan Guru Anak Menciptakan Kantin Sehat di Sekolah After-School Restrained Collapse, Kondisi Kelelahan Akut Anak Akibat Aktivitas Sekolah Winda CarmelitaHi, I’m Winda. I’m a writer living in Malang, Indonesia. I am a fan of writing, music, and arts.
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kerja sama merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang secara bersama oleh kedua belah pihak dalam rangka mencapai tujuan bersama Arifiyanti, 2015. Sehingga dalam kegiatan kerjasama dibutuhkan kedua belah pihak yang memiliki tujuan yang sama, ketika menjalin kerjasama namun kedua belah pihak tidak seide atau memiliki tujuan yang berbeda maka akan terjadi masalah dalam hubungannya. Orang tua dan guru merupakan suatu peran yang sangat penting dalam mendukung perkembangan anak baik secara fisik maupun sosial. hubungan kerjasama yang dilakukan orang tua dan guru bertujuan untuk mengikuti sejauh mana perkembangan anak mereka di sekolah. Hal ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Blue-Banning dkk ia menyebutkan bahwa kerjasama yang efektif antara sekolah dan orang tua ditandai dengan keterlibatan keluarga dalam meraih tujuan bersama, yaitu untuk perkembangan optimal anak. Agar hubungan kerjasama terjalin dengan baik, orang tua harus menerima dukungan dari sekolah berupa pengetahuan dan sarana yang bisa mendorong orang tua untuk berpartisipasi penuh sebagai mitra kerja sekolah, dan pihak sekolah menerima masukan dari keluarga yang dapat mendukung mereka untuk mengajar dan memfasilitasi belajar anak secara lebih efektif. Keberhasilan anak ditentukan hubungan kerjasama yang baik dari orang tuanya dan guru disekolah. Karena dengan kerjasama guru dan orang tua yang saling pengertian dan bantu membantu akan meningkatkan prestasi belajar anak. Untuk menciptakan hal tersebut ada beberapa hal yang harus ditempuh guru dan orang tua, diantaranya adalah 1Mengadakan pertemuan pada hari penerimaan siswa baru dan sekaligus membuat komitmen. 2Mengadakan surat menyurat antara orang tua dan guru. 3Adanya daftar nilai rapor 4Kunjungan guru ke rumah siswa atau sebaliknya. 5Mengadakan perayaan, pesta sekolah atau pameran-pameran hasil kerja siswa. 6Mendirikan perkumpulan antara orang tua dan guru. 1 2 Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pertemuan antara orang tua dan guru di sekolah adalah faktor yang penting untuk mengetahui seberapa besar tingkat perkembangan anaknya di sekolah. Pertemuan orang tua dan guru dilakukan pada sekolah pada jenjang PAUD sampai SMA, yang biasanya diadakan 1 semester sekali. Artikel ini akan lebih membahas pertemuan orang tua dengan guru pada jenjang PAUD. Di sekolah akan selalu terjadi interaksi dan berbagai pertanyaan-pertanyaan yang muncul antara guru ke siswa atau sebaliknya. Selain interaksi antara guru dan murid, interaksi antara orang tua dan guru juga harus diagendakan oleh pihak sekolah. Mengajukan pertanyaan adalah cara yang baik untuk mengajar dan belajar. Jadi jika pihak sekolah telah mengagendakan pertemuan guru dan orang tua, ada baiknya orang tua meluangkan waktunya sebaik mungkin untuk dapat menghadiri undangan tersebut. Karena selain pertemuan itu penting, pertemuan itu juga dianggap anak sebagai bentuk perhatian kecil untuk mereka karena orang tuanya mau menyempatkan waktunya berkunjung ke sekolah dimana mereka belajar dan bertemu guru serta teman-temannya setiap harinya. Saat pertemuan berlangsung pertanyaan yang sering diajukan orang tua pertama kali pada guru adalah bagaimana tingkat prestasi anak selama pembelajaran berlangsung, tak dapat dipungkiri hal ini memang selalu terbesit di fikiran orang tua murid. Mereka selalu mengharapkan bahwa anaknya bisa mendapatkan prestasi yang baik ketika di sekolah. Namun, masih banyak pertanyaan-pertanyaan penting yang juga wajib ditanyakan orang tua untuk mengetahui perkembangan anaknya selama proses pembelajaran di sekolah. Dibawah ini adalah 7 pertanyaan yang dapat membantu para orang tua murid saat pertemuan berlangsung 1. Apa saja pengetahuan yang didapatkan anak selama anak mengikuti pembelajaran di sekolah?Selain menanyakan tentang prestasi anak disekolah, ada baiknya orang tua juga harus menanyakan seberapa besar kemampuan anak menyerap informasi yang diberikan oleh guru ketika pembelajaran Apa yang dapat dilakukan orang tua dirumah untuk membantu anak? Setelah orang tua mengetahui perkembangan anaknya, jika guru mengatakan ada sedikit masalah pada diri anak, tanyakan apa yang harus dilakukan orang tua ketika dirumah untuk membantu anak agar lebih baik lagi dari sebelumnya. Karena tidak hanya peran guru saja yang dibutuhkan dalam hal ini, melainkan peran orang tua disini juga sangat dibutuhkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan Bagaimana perilaku dan sikap anak di sekolah? Apakah anak bersikap hormat kepada semua guru?Pada umunya orang tua akan menanyakan bagaimana sikap anak selama berada dikelas maupun lingkungan sekolah, hal ini bertujuan agar orang tua dapat mengetahui seperti apakah tingkah laku anak saat disekolah, tanyakan pada guru kelas apakah anak selalu bersikap baik dengan teman-temanya atau bahkan anak selalu bertengkar dengan temannya. 1 2 Lihat Humaniora Selengkapnya
pertemuan orang tua murid dan guru