J. Udah sering donk mendengar kata "Self-Love?" Terutama selama pandemi ya, gaes, kata Self-Love ini semakin mengemuka, diucapkan dan dituliskan baik di social media, blog, website, dalam percakapan podcast, atau dalam kehidupan sehari-hari di dunia nyata. Self-Love is everywhere!Terus, apa sih sebenarnya self-love ini? Sebanyak 34 titik panas terpantau di sejumlah wilayah di Sumatera Utara (Sumut), Rabu (13/4/2022). "Titik panas terpantau berdasarkan pantauan sensor modis melalui Satelit Tera, Aqua, SNPP dan NOAA20," kata Prakirawan BBMKG Wilayah I Medan, Endah Pramita, melansir Antara, Rabu (13/4/2022). Terkait cuaca di Sumut, secara umum Titik nol itu bukan berarti di situ kita akan mulai. Istana memang bukan di titik nol, dia agak ke atas," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Kamis, 3 Februari 2022. Seorangpria asal Tegalrejo Sleman, TSN (46) diamankan oleh warga di Titik Nol kilometer Yogyakarta, Minggu (3)7/2022).Lelaki ini diamankan karena melakukan pelecehan seksual terhadap perempuan peserta aksi street performance AUBADE Menyanyikan Massal Lagu-lagu Nasional Kebangsaan dan lagu Ki Hadjar Dewantara di Titik Nol KM Jogja. List7 wise famous quotes about Narbona Miami: The ability to manage your emotions and remain calm under pressure has a direct link to your performance. Perempuan Di Titik Nol Quotes ; Pete Souza Quotes ; Littleton's Quotes ; Kleefeld Quotes ; Namoro Online Quotes ; Moyenne Calculator Quotes ; Eikonic Academy Quotes ; Gondomanan(jogja.sorot.co)--Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengadakan peringatan Hari Anti Perdagangan Manusia se-Dunia Tahun 2022. Acara tersebut dipusatkan di kawasan Titik Nol Kota Yogyakarta, Minggu (31/7). Acara kampanye yang bertema, 'One Step Against Human Trafficking' itu diwarnai dengan aksi longmarch, pantomim, tari, musik dan orasi yang akan disampaikan Ketua LPSK IniTitik Lokasi Hantaman Angin Puting Beliung di Wonogiri. Ronald Seger Prabowo Rabu, 20 Januari 2021 pancuran yang berada di pancuran wanita, diyakini memiliki penghuni tak kasat mata. July, 26 2022 Merah-Putih bersanding dengan bendera nasional China di dua ikon wisata kelas dunia yang berada tepat di titik nol kilometer Beijing itu iQPi. Diskusi Dialog Nona BEM FH UB Foto P3 BEM FH UB Malang, FH UB – On Friday, May 26, 2023, the Ministry of Women’s Protection and Empowerment at the Student Executive Board of the Faculty of Law, Universitas Brawijaya P3 BEM FH UB held a discussion titled “Dialogue of Nona.” The discussion was held in one of the Malang Creative Center’s MCC discussion rooms. The dialogue of Nona discussed patriarchy and social inclusion through a book review entitled “Perempuan di Titik Nol” in English, “Woman at Point Zero” by Nawal El Saadawi. The discussion participants and the resource person discussed patriarchal practices toward women through this book. Social inclusion is a term that describes the efforts of an institution to elevate the dignity of society and individual independence as the main capital to achieve a better quality of life. Social inclusion can also be said to be an approach used to protect rights and enhance roles, status, and conditions, as well as the abilities and dignity of individuals and groups of women and men. Gender-based disparities and inequalities can hinder some people, such as women, persons with disabilities, and other vulnerable groups, from gaining access, participating, controlling, and experiencing the benefits of development. The material for this discussion was delivered by Miri Pariyas Tutik Fitriya from Malang Corruption Watch MCW and guided by moderator Nadira Salsabila, a functionary of the Ministry of P3 BEM FH UB. The presentation of the material accompanied by dialectics makes it easier for participants to learn from the opinions of those around them. Miri Pariyas Tutik Fitriya from Malang Corruption Watch MCW when presenting material Photo P3 BEM FH UB Participants in the Dialogue of Nona were not only women but also men. The elimination of the patriarchal system in society requires public awareness, not only among women but also among men, who also need to be aware of the patriarchal system, which is detrimental to women. “By dissecting this book, we can learn about the more concrete nature of patriarchy and social inclusion and learn from real stories that are happening around us,” said Febi Ola Purba, Chief Executive of the Dialogue of Nona. Febi hopes that “This Dialogue of Nona can be a form of struggle for feminism, which starts from a small scope, namely ourselves. Hopefully, this activity will have an impact on all those present at this discussion.” Author Student Affairs at FH UB Editor Endrianto Bayu Setiawan Translator Maheswari Trinanda Putri Read more articles "... profesi saya telah diciptakan oleh lelaki, dan bahwa lelaki menguasai dua dunia kita, yang di bumi ini dan yang di alam baka. Bahwa lelaki memaksa perempuan menjual tubuh mereka dengan harga tertentu, dan bahwa tubuh yang paling murah dibayar adalah tubuh sang isteri. Karena saya seorang yang cerdas, saya lebih menyukai menjadi pelacur yang bebas daripada isteri yang diperbudak." halaman 133. Perempuan di Titik Nol merupakan karyatama Nawal el Saadawi. Awalnya ditulis dalam bahasa Arab. Namun, disensor di Mesir, negeri asal karya ini lahir, dan ditolak beredar di Saudi Arabia. Akan tetapi, ketika diterjemahkan ke bahasa Inggris, justru merebut perhatian khalayak. Perempuan di Titik Nol menceritakan liku-liku kehidupan Firdaus, perempuan muda yang menjadi pelacur kelas atas di Kairo, Mesir. Mula-mula, Firdaus dibesarkan di keluarga miskin buta huruf. Sejak kecil, dia mendapatkan ragam diskriminasi hanya karena jenis kelaminnya perempuan. Ketika tinggal bersama pamannya yang termasuk golongan terpelajar, dia kembali bertubi memperoleh diskriminasi serupa. Istri paman malahan membenarkan diskriminasi terhadap perempuan, di antaranya memukuli perempuan yang dianggap membangkang suami, dengan keyakinan memang sudah mestinya seperti itu. "Agama" membenarkan perbuatan tersebut. Firdaus semakin lama semakin kritis mendapati diskriminasi terhadap kaum wanita. Untuk itu, dia gigih belajar, dengan pikiran, pendidikan tinggi akan mengubah nasib kaumnya. Kenyataannya, dia mendapat banyak rintangan guna menggapai keinginan tersebut. Firdaus sampai kepada kesimpulan, bahwa perempuan dipandang laki-laki tak ubahnya segumpal daging untuk dinikmati dan diperbudak. Untuk itu, tidak dibutuhkan kecerdasan. Demikianlah. Firdaus dijerumuskan oleh lingkungannya, menjadi pelacur. Dengan kegigihan dan kekeraskepalaan, Firdaus melejit menjadi pelacur kelas atas. Pelanggannya adalah politikus, diplomat, dan orang-orang berkuasa. Hingga suatu ketika, datang laki-laki yang mengambil kuasa Firdaus atas dirinya sendiri. Dia mendaulat dirinya menjadi germo Firdaus. Firdaus marah dan membunuh pria itu. Dia dijebloskan ke penjara dengan hukuman mati. Dokter penjara membujuk Firdaus mengajukan grasi kepada presiden, yang langsung ditolak mentah-mentah perempuan itu. Melalui novel ini, Nawal el Saadawi mencoba membuka pikiran pembaca akan kepincangan dan ketidakadilan dalam dunia patriarki. Saadawi mengajak pembaca untuk memikirkan dengan serius berbagai kezaliman yang masih menimpa perempuan di belahan dunia manapun akibat dominasi dan ketidakpedulian laki-laki. Lewat kisah Firdaus, Nawal menguak kebobrokan masyarakat yang didominasi oleh kaum laki-laki. Sebuah kritik sosial yang keras dan pedas atas budaya patriarkhi yang masih melingkupi masyarakat di negara-negara berkembang. Oleh Siti Rubaidah* Lewat kisah Firdaus, Nawal menguak kebobrokan masyarakat yang didominasi oleh kaum laki-laki. Sebuah kritik sosial yang keras dan pedas atas budaya patriarkhi yang masih melingkupi masyarakat di negara-negara berkembang. Perempuan di Titik Nol adalah sebuah buku yang mengguncang batin siapapun yang membacanya. Ditulis dengan judul Women at Point Zero oleh Nawal el-Sadawi, seorang penulis feminis perempuan Mesir. Di Indonesia, buku ini diterjemahkan oleh Amir Sutaarga dan diterbitkan pertama kali oleh Yayasan Pustaka Obor Indonesia yang concern mengangkat karya-karya sastra dari negara berkembang, termasuk sastra Arab. Nawal el-Sadawi penulis buku Perempuan di Titik Nol sendiri adalah seorang dokter berkebangsaan Mesir yang dikenal sebagai novelis sekaligus pejuang hak-hak kaum perempuan. Pada tahun 1972, Nawal diberhentikan dari jabatan Direktur Pendidikan Kesehatan dan Pemimpin Redaksi Majalah Health karena tulisan dan pandangannya dianggap terlalu berani dan tidak menguntungkan kepentingan Menteri Kesehatan. Kelahiran buku ini diilhami dari kisah nyata seorang perempuan yang ditemuinya di penjara Qanatir. Melalui Perempuan di Titik Nol, Nawal mengisahkan liku-liku kehidupan Firdaus dari masa kecilnya di desa hingga menjadi pelacur kelas atas di kota Kairo. Ia divonis hukuman gantung karena telah membunuh seorang germo laki-laki. Di dalam penjara, tak sedikitpun ia gentar akan kematian. Bahkan, ia menyambut dengan sukacita hukuman gantung itu. Saat ada kesempatan untuk mengajukan grasi kepada presiden, ia dengan tegas menolak. Menurut Firdaus, vonis itu justru merupakan satu-satunya jalan menuju kebenaran sejati. “Setiap orang harus mati. Saya lebih suka mati karena kejahatan yang saya lakukan daripada mati untuk kejahatan yang kau lakukan.” PdTN 169 Nawal menggambarkan situasi khas patriakhis dalam kehidupan Firdaus, sang tokoh Perempuan di Titik Nol ini sebagai berikut “Ketika saya bertambah besar sedikit, Ayah meletakkan mangkuk itu di tangan saya dan mengajari bagaimana cara membasuh kakinya dengan air. Sekarang saya telah menggantikan Ibu untuk melakukan pekerjaan yang biasa dilakukannya. Ibu tidak ada lagi, malahan ada seorang perempuan lain yang memukul tangan saya dan mengambil-alih mangkuk itu. Ayah berkata, bahwa dia adalah Ibu saya.” Kemiskinan dan kelaparan telah membuat Firdaus yatim piatu. Sejak saat itu, Firdaus kecil ikut pamannya seorang mahasiswa Al-Azhar di Kairo. Sebagai perempuan, Firdaus kerap mendapatkan pelecehan seksual dari pamannya sendiri. Namun, ia cukup beruntung karena pamannya memasukkannya ke sekolah hingga tamat Sekolah Menengah Atas. Sebuah perjodohan yang diatur oleh istri pamannya. Firdaus memasuki kehidupan baru yang kelam bersama lelaki tua yang sangat pelit dan punya borok di wajahnya. “Suatu hari ia menemukan sisa makanan, dan ia mulai berteriak-teriak begitu kerasnya, sehingga semua tetangga dapat mendengar. Setelah peristiwa itu, ia mempunyai kebiasaan untuk memukul saya, apakah dia mempunyai alasan ataupun tidak.” PdTN 70 Tak tahan dengan pukulan suaminya, Firdaus keluar rumah dan menghadapi kerasnya kehidupan kota Kairo. Perjalanan hidup yang pahit mempertemukan Firdaus dengan Syarifa. Di tangan Syarifa, Firdaus menjadi orang baru. Ia mengungkapkan segi-segi yang tak tampak pada diri Firdaus sebelumnya. Fakta bahwa Firdaus adalah perempuan yang cantik, terpelajar dan punya tarif yang tinggi. Firdaus telah menjadi pelacur di tangan Syarifa. Sebuah perasaan bersalah sempat membawa Firdaus meninggalkan kehangatan kasur empuk dan bantal berkain sutra. Berbekal ijasah Sekolah Menengah Atas, ia mendapatkan pekerjaan di sebuah perusahaan dengan gaji yang tak seberapa. Walhasil, ia hanya mampu menyewa kamar kecil di sebuah perkampungan dan harus antri ke kamar mandi setiap pagi. Kemudian berangkat kerja dengan kendaraan umum dan berdesak-desakan dengan penumpang lainnya. Sebuah momen membawanya mengenal sosok Ibrahim, seorang ketua komite revolusioner di perusahaan. Firdaus pun jatuh cinta. Cinta membuat Firdaus seakan-seakan menggengam erat seluruh dunia ditangannya. Dunia menjadi semakin melebar dan matahari bersinar lebih terang dari sebelumnya. Sayangnya, harapan Firdaus yang bermekaran oleh cinta tiba-tiba layu. Ibrahim kawin dengan anak gadis sang presiden direktur. Luka batin yang menghunjam membawanya kembali ke dunia pelacuran. Bagi Firdaus, “Lelaki revolusioner yang berpegang pada prinsip-prinsip sebenarnya tidak banyak berbeda dari lelaki lainnya. Mereka mempergunakan kepintaran mereka dengan menukarkan prinsip mereka untuk mendapatkan apa yang dapat dibeli orang lain dengan uang. Revolusi bagi mereka tak ubahnya sebagai seks bagi kami. Sesuatu yang disalahgunakan. Sesuatu yang dapat dijual.” PdTN 145 Sosok Liyan dalam Budaya Patriarkhi Sebagai seorang feminis, Nawal menyadari bahwa dalam budaya patriarkhi perempuan selalu dipandang sebagai sosok liyan. Sebagaimana Simon de Beauvoir meyakini bahwa ada dua jenis hubungan, yakni laki-laki yang mengklaim dirinya sebagai sang diri dan perempuan sebagai yang lain liyan, atau laki-laki sebagai subjek dan perempuan sebagai objek. Beauvoir menyadari tidak mudah bagi perempuan untuk keluar dari penderitaannya karena sudah begitu tertanam peranan stereotip perempuan di masyarakat. Tetapi bila bertekad untuk tidak ingin diperlakukan sebagai sosok liyan maka perempuan harus melancarkan strategi yang jitu. Nawal el-Sadawi ingin menyadarkan bahwa pembebasan kaum perempuan dari budaya patriarkis dan belenggu sistem sosial yang ada hanya bisa dilakukan oleh kaum perempuan itu sendiri. Perempuan harus memulainya dari pribadinya masing-masing. Perempuan harus bisa terbebaskan dan berani menyingkap tabir pikiran mereka dari kesadaran palsu dan sikap lemah yang selama ini melekat. Dengan kesadaran baru pada diri perempuan inilah yang membuat kaum perempuan tidak berbeda dengan kaum lelaki. Hal ini senada dengan ide strategi jitu Beauvoir. Lewat kisah Firdaus, Nawal juga menguak kebobrokan masyarakat yang didominasi oleh kaum laki-laki. Sebuah kritik sosial yang keras dan pedas atas budaya patriarkhi yang masih melingkupi masyarakat di negara-negara berkembang atau yang dikenal dengan negara dunia ketiga. Kita tahu bahwa negara-negara Arab terkenal sebagai masyarakat yang kedudukan perempuannya dianggap amat terbelakang. Tidak saja dibandingkan dengan negara-negara Barat bahkan dengan masyarakat di Asia dan Amerika Selatan. Namun demikian, Mesir termasuk negara yang lebih dahulu melakukan modernisasi di semenanjung Arab dan negara Islam lainnya di Asia Tengah. Kritik yang tajam dan pedas terhadap kebobrokan sistem politik juga bisa kita temui pada cerita Firdaus yang menolak seorang Kepala Negara. Kita mungkin akan terheran-heran, bagaimana seorang perantara yang membawa misi ini menggunakan standar moral ganda. Ia mengatakan bahwa melayani seorang kepala negara adalah sebuah tindakan patriotik. Firdaus menyadari bahwa seorang perantara tentu saja hanya menjalankan perintah. Tak ada beda baginya menjalankan misi patriotisme mengajak pelacur melayani kepala negara ataukah mendapatkan perintah membunuh. Namun membungkus tindakan yang boleh dibilang amoral dengan istilah patriotik sangatlah lucu. Kisah Firdaus membongkar dunia yang penuh dusta, melihat kebohongan-kebohongan, dan mengendus kemunafikan di sekitar. Firdaus sadar bahwa dia telah melakukan kesalahan dan harus membayar mahal dengan kematian. Keberanian untuk menanggung resiko atas perbuatannya menjadi pembelajaran berharga bagi semua orang. Judul Buku Perempuan Di Titik Nol Penulis Nawal el-Sadawi Penerbit Yayasan Pustaka Obor Indonesia Tahun Terbit 2014 Tebal Buku 176 Halaman *Penulis adalah Ketua Divisi Ideologi, DPP API Kartini. Continue Reading Home › Quotes Perempuan Di Titik Nol Quotes Happy to read and share the best inspirational Quotes Perempuan Di Titik Nol quotes, sayings and quotations on Wise Famous Quotes. A Kind Act can sometimes be as Powerful as A Sword — Rick Riordan I couldn't help but wonder if he had picked up on my half-truht as easily as I had picked up on his. — Alexandra Bracken In this life and death case, I felt Mrs. Schiavo should receive the fullest due process from our legal system. — Paul Gillmor I get a lot of my inspiration from my family, but I never got to meet my dad's dad. — Guy Fieri She knew what she wanted the best. He knew what he was the best. They enhanced each other's finest qualities, as true love will. — Karen Marie Moning She was sweetness and light, gentleness and goodness, and the burning and searing goal of all his earthly hunts and fascinations. — Sylvain Reynard We're saying the story doesn't end here, that the air in your lungs is there for a reason. — Jamie Tworkowski If you don't accept yourself, you won't live fully, and if you don't live fully you'll need to get full some other way. — Victoria Moran For me, my dream came true. But for society it showed me that people want to move on, to look to the future. We said something, we made a statement. — Conchita Wurst Home › Perempuan Di Titik Nol Quotes Happy to read and share the best inspirational Perempuan Di Titik Nol quotes, sayings and quotations on Wise Famous Quotes. We live in a world where art exists in galleries and museums, and musicians have to play the same venues over and over. — Doug Aitken For those of you who are underrepresented in technology, know that you've always been here. Look in photos and see yourself reflecting back. — Megan Smith Anyone who needs more than one suitcase is a tourist, not a traveler — Ira Levin Wedding the point at which a man stops toasting a woman and begins roasting her. — Helen Rowland People who want alternative information have to try so hard to find it. — Edwidge Danticat My brother never had me to dinner in his life. — Burt Lancaster The danger is, you have a formula and you just repeat it. — Martin Parr You can discern the pessimist from the optimist by just looking at how people react to snow. — Iveta Cherneva Judaism is a brilliant religion, and the main function of Judaism is to learn and read. — Leon Charney In convent, I live for 4 months in a broom closet. I do not rot. — Helena

perempuan di titik nol quotes